Kamis, 26 Februari 2009

Proses Mencapai Kemerdekaan Finansial

Bisnis MLM memamg fenomenal. Walau masih dipandang sebelah mata. Namun suka tidak suka mereka yang menentang bisnis MLM harus legowo mengakui bahwa terbukti efektif untuk mencapai kemerdekaan finansial.

Apa yang akan Anda lakukan usai menamatkan pendidikan? Pilihan lazim pastilah mencari pekerjaan dan melakoni pekerjaan konvensional. Tapi apa mau dikata, kondisi perekonomian bangsa ini yang masih morat-marit berdampak pada minimnya lapangan pekerjaan. Katakanlah Anda telah sukses mendapat pekerjaan, tapi sebagai ‘bawahan’ ada sejumlah Peraturan mengikat dan tanggung jawab yang wajib dipenuhi. Kalau melanggar, dijamin diberi surat peringatan, bahkan surat pemecatan resmi bakal Anda terima. Waktu kerja yang terikat- berangkat masih gelap, pulang kerja sudah gelap – biasanya menjadi alasan mengapa banyak orang kemudian mengalihkan kemudinya ke bisnis jaringan.

Ada jargon mengatakan, mendulang untung sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya. Jargon ini membuktikan berkembangnya industri MLM. Bahkan motivator sekelas Tung Desem Waringin mengakui, “Di MLM, modal yang dikeluarkan memamg relatif kecil, tapi disitulah nilai tambahnya. Di bisnis konvensional, modalnya harus besar, sedang di bisnis network marketing memamg lain dari yang lain. Selain itu, dengan memasuki perusahaan yang bonafit, ada nilai tambahnya tersendiri.”

Indistri MLM telah mencetak milyader baru dari beragam kalangan tanpa pandang bulu status sosial atau latar belakang pendidikan. Mulai dari tukang sayur, sampai mereka yang bergelar S2 memiliki kesempatan yang sama sukses di bisnis MLM, karena semua tergantung seberapa besar perjuangan dan kerja keras mengembangksn jaringan.

Andrie Wongso, seorang motivator handal Indonesia, menyatakan bahwa bisnis MLM mempunyai peluang lebih besar dalam meraih kemerdekaan finansial dibanding bisnis konvensional. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa semua pebisnis, termasuk pebisnis MLM, perlu megerti proses mencapai kebebasan finansial. Karena segala sesuatu tidak bisa diraih secara instan. Ada proses tidak mengenakkan yang harus dilalui untuk mencapainya, karena kebebasan finansial adalah sebuah akibat dari aksi yang dilakukan.

Andrie berpesan, “Kalau mau sukses, filosofinya seseorang harus mau bekerja keras, mau keluar keringat, konsisten, tahan menderita, dan harus sabar. Itu poin-poin yang harus dimengerti terlebih dahulu. Jika belum siap, jangan coba-coba berkeinginan meraih kebebasan finansial.”

Bukan Cuma kemerdekaan finansial yang diraih, namun lebih penting nilai-nilai positif kehidupan dapat dipelajari. “Nilai-nilai seperti integritas, kerja keras, kesabaran, kejujaran, disiplin, tepat waktu, pelayanan yang baik dan sebagainya dapat diperoleh di MLM,” imbuh Adrie.

Di tataran nasional, bisnis MLM diyakini sebagai salah satu solusi mengurangi pengangguran, bahkan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengakui bahwa MLM adalah sebuah peluang usaha yang menjanjikan dan diyakini mampu mengurangi tingkat pengangguran.

Salah satu hal penentu keberhasilan berbisnis MLM adalah seberapa kokoh dan besar jaringan yang dibangun. Semakin menggunung jaringan maka akan semakin menguntungkan. Semakin kuat jaringan dibawahnya, maka semakin berlipat ganda keuntungan yang diperoleh upline.

Tung Desem Waringin memberikan jurus ampuh mengembangkan jaringan. “Jika mau membangun jaringan kokoh di bisnis MLM, kuncinya adalah ketekunan dan kebersamaan. Tidak ada yang mampu mengalahkan ketekunan dan kebersamaan ini.”

Kendati MLM adalah peluang bisnis menjanjikan, namun tidak sedikit dari mereka yang mengibarkan bendera putih sebagai tanda menyerah di bisnis MLM. “Wajar saja, karena modal yang dikeluarkan relatif kecil, jadi untuk meninggalkan bisnis ini tidak berat hati. Namun, kebanyakan orang menyerah karena merasa tidak berbakat,” tutur Tung.